Pages

Selasa, 19 April 2011

3 Dosa Sekolah

Di sekolah kita mendapatkan banyak teman baru, pengetahuan baru, dan lain-lain. Tapi, apakah kalian sadar, bahwa kita juga mendapatkan dosa-dosa saat kita berada di lingkungan sekolah. Lho! Bukannya sekolah itu niatnya untuk mencari ilmu dan hal itu wajib hukumnya? Okelah kalo beg beg begitooo, mari kita bahas satu persatu. Cokedot.... Eh salah, Cekidot....



  • Dosa pertama, ada beberapa pertanyaan buat kalian 'pembaca yang juga sudah lulus sekolah ataupun dalam tahap sekolah'. 1. Pernahkah kalian mencontek? 2. Apabila pernah, sejak kapan kalian mencontek? Ini klo aku yang jawab: 1. Pernah. 2. Sejak kelas 9. Okelah, sekarang kita telaah lagi. Dari jawabanku ataupun mungkin dari jawaban para pelajar lainnya, pastinya kegiatan mencontek itu pertama kali dilakukan saat anak ada di sekolah. Lho! Padahal, setahu aku anak-anak yang belum berada pada jenjang sekolah tidak mengenal kata menyontek. Tapi, sekolah secara tidak sengaja mendidik anak-anak bahwa tolong-menolong pada saat tes itu baik. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya kebudayaan mencontek berjamaah. Dan parahnya lagi, sekolah tidak ada kebijakan khusus untuk menghapus kebudayaan tercela ini.
  • Dosa kedua, bukankah si anak tidak mengenal kata skor atau nilai?? Sehingga ketika mereka dulu belajar berjalan,karena mereka betul-betul butuh berjalan. Mereka  tak butuh skor berjalan untuk bisa berjalan, bukan?? Bukankah mereka pun dulu ikhlas dan sangat bersemangat belajar bersepeda. Karena mereka sadar itu keharusan untuk meraih kesuksesan hidup. Sehingga mereka sangat bersemangat mempelajarinya. Mereka tak peduli jatuh bangun, tertimpa sepeda, bangun lagi, menabrak pohon, atau masuk parit sekalipun. Sebelum sekolah, mereka telah diajarkan makna kerja keras, sungguh-sungguh dan arti sebuah mimpi, bukan arti mengejar nilai. Tapi setelah sang ibu memasukkan mereka ke sekolah. Apa yang terjadi? perlahan-lahan semangat belajar mandiri mereka padam seiring perjalanan waktu. Kesungguh-sungguhan mereka lenyak karena mereka dipaksa mengejar target kurikulum dan angka. Keceriaan dan kesukarelaan mereka dalam belajar tak berbekas karena sekarang para guru siap menuliskan angka merah, memberi remedial, atau ancaman tidak naik kelas. 
  • Dosa ketiga, para siswa sekarang duduk manis di bangku sekolah dengan penuh kepura-puraan. Lihat mereka bergembira ketika lonceng berbunyi. Seolah-olah terbebas dari belenggu yang berat, mereka menunggu waktu berjalan dan segera berhamburan ketika waktunya tiba. Lihatlah teman-teman kita wktu wisuda, ekpsresi senang muncul dari wajah mrka, padahal mereka akan meninggalkan sekolah mereka yang selama ini memberikan ilmu kepada mereka. Apakah kita harus senang ketika kita meninggalkan seseorang yang kita cintai, walaupun demi kesuksesan? Apakah ini yang kita pikirkan “yes sudah lulus, akhirnya bebas juga dari penjara ini”. Bukan hanya bebas, bahkan mereka gak akan sudi untuk kembali ke sekolah mereka walaupun sekedar menengok.

Bukankah ini dosa-dosa sekolah kita? Marilah teman-teman kita hapus persepsi-persepsi di atas, mari kita buktikan bahwa kita bisa sukses tanpa mencontek, bahwa kita akan trus berjuang tanpa pamrih. Bahwa kita akan trus mengingat jasa-jasa sekolah yang telah memberikan ilmu kepada kita.

Source: buku "Keajaiban Belajar"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar